Kerja Keras Indonesia dalam Menghadapi Pasar Bebas ASEAN


            Rencana realisasi Pasar Bebas ASEAN yang akan dibuka pada akhir 2015 akan menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. Pasalnya, Indonesia harus mempersiapkan diri agar mampu bersaing dengan negara lain.
            ASEAN Economic Community (AEC) yang menurut sejarahnya telah direncanakan dan disepakati oleh kesepuluh negara anggota ASEAN pada tahun 2003 lalu, berisi tentang perjanjian kerja sama antarnegara ASEAN dalam bidang ekonomi guna mencapai kesejahteraan bersama.
ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal memuat lima unsur dasar. Lima unsur tersebut yaitu arus bebas barang-barang hasil produksi, arus bebas jasa, arus bebas investasi, arus bebas modal, dan arus bebas tenaga kerja (Bara Indrayana, 2014:11). Oleh karena itu, masyarakat Indonesia pada era pasar bebas ini dituntut agar mampu bersaing dengan warga negara lain jika tidak ingin menjadi ‘penonton’ kemajuan mereka dalam memanfaatkan kesempatan yang ada.
Salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mempersiapkan Indonesia menghadapi AEC ini ialah dengan mengeluarkan kebijakan yang dapat diandalkan untuk meningkatkan kompetensi negeri ini, khususnya di tingkat internasional. Kebijakan tersebut ialah Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, atau disingkat MP3I. Menurut Baya (2014:12), MP3EI merupakan sebuah rencana dari pemerintah pusat untuk mempercepat dan memperkuat ekonomi. Upaya ini diharapkan dapat memajukan Indonesia, khususnya dalam bidang perekonomian.
Seiring dengan semakin sempitnya waktu pelaksanaan Pasar Bebas ASEAN inilah, Indonesia harus bekerja ekstra keras untuk mencapai setiap target dengan kebijakan yang telah dibuat. Jika masyarakat Indonesia tidak mampu bertahan dalam persaingan tersebut, maka bukan tidak mungkin sumber daya alam Indonesia akan habis dikuasai oleh para investor asing. Di samping itu, masyarakat Indonesia akan semakin miskin dan tertinggal dari warga asing yang telah berhasil menduduki dan menguasai tanah kelahirannya. Bukan tidak mungkin pula, jika kita tak mampu bertahan dalam keadaan tersebut, masyarakat Indonesia kelak menjadi ‘babu’ di negeri sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Baya Indrayana, “ASEAN Economic Community Secercah Harapan Demi Kemandirian Bangsa”, Equilibrium Edisi 1 (2014), halaman 11-12.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi: Arunika

Puisi: Petrikor

Sejarah: Tentang Keluarga dan DI/TII