Coretan: Dua Puluh Satu

Dua Puluh Satu

Dariku yang imannya masih setitik, yang sedang menatap sebagian hal dengan logika.

Aku masih belajar soal wanita, soal ego dan sifat dasarnya yang ingin dilihat dan dikenal banyak orang. 
Aku masih belajar soal wanita, soal cinta dan kecintaannya terhadap apa yang dicintainya.
Aku masih belajar soal wanita, tentang rasa dan logika yang dimilikinya.

Setitik tulisan, secarik catatan, secuil kenangan. Bukan didasarkan pada cibiran, hanya didasarkan pada pengalaman, pengamatan, dan pelajaran.

Ini tentangku, tentang wanita mantan pengguna akun pribadi instagram. Dahulu, aku berharap akun ini sebagai wahana membagikan momen tak terlupa ataupun kisah inspiratif. Namun, waktu mengingatkanku tentang bahaya yang sesungguhnya mengintaiku dibalik semua itu. 
Ini tentang hati dan penyakitnya. Sederhana saja, menyaksikan gambar dan kiriman orang-orang secara tak sengaja membuatmu berkomentar, memuji, salut, terinspirasi, mencibir, iri, atau bahkan mendengki. 
Ya, banyak hal yang bertolakbelakang sangat mungkin terjadi. Aku percaya Tuhan, dan aku sadar bahwa dosaku mungkin semakin bertumpuk dengan hal sederhana yang tak kusadari.

Ini tentangku, wanita yang pernah sangat aktif dalam kegiatan multibidang. Berorganisasi membawaku mengenal banyak orang, memiliki jaringan yang sangat luas, dan juga memberikan banyak kesempatan untukku mengetahui berbagai macam hal, termasuk menyinggahi berbagai daerah. Ya, namun bahaya mengintaiku dibalik itu semua. Aku wanita yang percaya Tuhan, yang tahu bahwa Tuhan telah memberikan kita petunjuk sebagai bentuk aturan main-Nya. Aku bahagia, karena setidaknya Tuhan telah mengirimkan orang yang berhak menjagaku seutuhnya. Bukankah kebebasan tanpa batas dalam pergaulan dapat menjadikan penyakit dan kejadian yang tak diinginkan?

Aku termangu, aku masih banyak belajar soal wanita.

- Dua Puluh Satu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi: Arunika

Puisi: Petrikor

Sejarah: Tentang Keluarga dan DI/TII