SEUTAS KATA: ACAK PIKIR

 Tentang Pandemi

    Dua hari lalu saya berbincang seru dengan mitra Gocar tentang Covid-19 dan Indonesia. Dengan santai, saya menyampaikan beberapa pendapat. 

1. Pandemi Covid-19 adalah cara Sang Pencipta mengistirahatkan bumi. 

Mobilitas manusia menjadi sangat terbatas sejak adanya pandemi ini. Pekerjaan yang biasanya dilakukan di kantor pun berpindah tempat, jadi di rumah. Orang-orang yang biasanya bebas pergi ke manapun, jadi lebih banyak diam di rumah. Kendaraan yang biasanya bising dan membuat kemacetan di jalan pun ikut istirahat di garasi. Hiruk pikuk dunia normal jadi tidak berlangsung selama beberapa waktu. Alhasil, polusi udara berkurang, bumi beristirahat dari kerusakan akibat ulah manusia. 

2. Pandemi Covid-19 adalah cara Sang Pencipta memanusiakan manusia. 

Sering dengar istilah manusia yang workholic ga pulang-pulang ke rumah/keluarga demi kerjaan, mungkin pandemi ini cukup memaksa mereka pulang, ya minimal karena mau ngapain juga di kosan/apartemen sendirian. Atau untuk manusia-manusia lain yang terbiasa dengan mobilitas tinggi, ke sana ke mari dari satu tempat ke tempat lain, kini harus lebih banyak berkegiatan antar ruang di rumah saja. Bisa jadi, itu cara Tuhan memberi kita kesempatan untuk berpikir bahwa manusia super tetaplah manusia biasa yang juga butuh istirahat, butuh tempat untuk pulang, dan butuh orang lain untuk diajak bicara. 

3. Pandemi Covid-19 adalah cara Sang Pencipta mengembalikan fungsi keluarga. 

Dalam urusan keluarga, saya bukan orang dengan paham patriarki, antifeminis, atau apapun itulah yang ada di luar sana. Saya adalah orang yang tidak mengambil paham dalam aliran apapun, kecuali yang memang sudah Allah tuliskan dalam Al-Quran dan Rasul jelaskan dalam hadits, serta para ulama sampaikan dalam tafsirnya. Saya juga bukan orang yang punya pemikiran tertutup, karena saya tahu setiap manusia punya proses dan pemahamannya masing-masing, entah sampai level apapun itu. 

 Jadi, buat saya, pandemi juga memaksa keluarga berfungsi sebagaimana mestinya. Contoh sederhananya, seperti seorang Ibu yang punya peran sangat penting di dalam rumah tangga. Anak sekolah dari rumah, sebagai madrasah utamanya anak, seharusnya bukan masalah untuk membantu anak belajar online. Akan tetapi, banyak sekali ibu-ibu yang saya temui merasa keberatan bahkan jadi murka pada anaknya yang minta bantuan pembelajaran. Saya paham, beban mereka tak hanya membimbing anaknya, tapi ada juga urusan beresin rumah, nyuci baju, dsb yang mungkin sudah menumpuk. Saya juga mengerti, bahwa kebanyakan orang tua sekarang membayar mahal untuk biaya Pendidikan anak, atau menyekolahkan anaknya karena mereka merasa kurang mampu memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Atau mungkin, mereka ingin anak-anaknya lebih baik dari mereka dari segi apapun. Sayangnya, banyak juga yang malah salah kaprah, menumpahkan seluruh kewajiban Pendidikan anaknya ke sekolah, terutama guru, karena merasa sudah membayar/membayar mahal untuk jasa itu. Padahal, anak tetaplah manusia, anggota keluarga, yang tugas utama bimbingannya ada di orang tuanya. Saya tak akan pernah lupa, bahwa anak memanglah amanah Tuhan, tapi anak juga bukanlah milik kita sepenuhnya. Sama seperti diri kita yang juga bukan milik kita sepenuhnya. 

Kita memang tidak hidup di dunia yang sempurna. Namun, jika dunia itu sempurna, sesempurna peran setiap anggota keluarga berjalan seutuhnya, maka urusan anak belajar di rumah harusnya tidak jadi masalah besar untuk orang tuanya. 

4. Pandemi Covid-19 adalah cara Sang Pencipta memaksa kita untuk hanya bergantung pada-Nya. 

Secara tidak sadar, pekerjaan merenggut banyak waktu para pencari nafkah dan para pekerja biasa, hingga akhirnya meng-esa-kan pekerjaan atau usaha yang dijalani sebagai satu-satunya sumber penghasilan/rezeki. Padahal, pekerjaan dan usaha hanyalah alat yang digunakan untuk mendapatkan ridho Sang Pencipta agar rezeki-Nya sampai kepada kita. Seringnya pekerjaan dipandang sebagai kewajiban yang membebani. Padahal, jika dijalani dengan niat ibadah, mungkin bukan hanya uang yang didapat, tapi juga keberkahan, kelapangan, kelancaran, atau bisa jadi sumber inspirasi untuk jadi manusia yang punya kualitas lebih baik lagi. Bergantung pada Tuhan bukan berarti tidak melakukan apa-apa. 

Bergantung pada-Nya justru harusnya membuat kita bisa berpikir untuk mencari jalan keluar dari segala permasalahan, karena percaya bahwa Sang Mahakuasa melihat dan membantu kita menyelesaikan masalah tersebut. Sabra dan syukur juga menjadi kunci agar usaha dan doa bisa dilakukan dengan maksimal. Maka, teori-teori konspirasi apapun soal pandemi ini tentu tidak dicerna begitu saja. Terlepas dari segala hal, entah virusnya buatan manusialah, sengaja disebarkanlah, atau intrik politik pemerintah untuk melancarkan rencananyalah, terlepas dari itu semua, semua yang terjadi saat ini adalah memang sudah Tuhan izinkan untuk terjadi. Tinggal lakukan saja apa yang menjadi tugasmu sesuai dengan peran dan porsinya. Wallahu alam bi sawab. 


Hanya ulasan pemikiran yang insyaAllah tidak merugikan siapapun. Semoga bermanfaat! Feel free to discuss! See you all on my next SEUTAS KATA: ACAK PIKIR. -Fatya Razak: 2782021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi: Arunika

Puisi: Petrikor

Sejarah: Tentang Keluarga dan DI/TII