Cerita Pendek (Cerpen)

VS Rio (Part 2)      



Perlahan Rio membuka lembar demi lembar album ditangannya, album yang berisi foto-foto Ve, foto-foto yang sering Rio ambil secara diam-diam.
            Rio mulai tertarik pada Ve sejak Ve sering ikut climbing di tempatnya latihan. Sudah lama Rio mengajak Ve untuk climbing, tapi baru sekitar dua bulan terakhir Ve memenuhi ajakannya. Diawali dengan rasa penasaran, akhirnya Ve jatuh hati pada climbing. Hanya saja kecintaannya tersebut harus tertunda untuk sementara karena ia harus melanjutkan studi ke Belanda, beasiswa yang ia dapatkan selama setahun untuk bersekolah disana.
*****
            Ve menghela nafas panjang, menatap kosong ke arah tiket pesawat yang dipegangnya. Keluarganya masih setia menunggu sebelum detik-detik menuju keberangkatannya. Dalam benaknya ia teringat pada kejadian dengan Rio tadi siang, di tempat latihan.
            “Butuh waktu, dan inilah saatnya untukku mulai melupakanmu,” gumam Ve. Air mata mengalir membasahi pipinya.
            Ve, begitu Alexandra Veronika biasa disapa, ternyata telah cukup lama menaruh hati pada Rio. Hanya saja ia selalu menutupi dan mencoba mengabaikan perasaannya. Baginya, Rio adalah sosok yang inspiratif. Darinya Ve banyak belajar tentang kerja keras, usaha, ketekunan dan doa. Semua itu ia dapatkan seiring  kedekatannya dengan Rio akhir-akhir ini. Hanya saja, Ve sangat pesimis terhadap respon yang diberikan oleh Rio jika ia tahu tentang perasaannya. Oleh karena itu, Ve memilih untuk tetap menyembunyikan perasaan dan merahasiakannya dari Rio karena ia khawatir Rio akan balik membencinya. Tak hanya itu, Ve juga takut perasaan itu akan melukai perasaannya, karena ia tahu bahwa Rio menyukai temannya, bukan dirinya.
*****
            Enam bulan berlalu sejak kepergian Ve. Rio belum pernah bertemu lagi dengan Ve sejak pertemuan terakhir mereka di tempat latihan. Beberapa waktu lalu Rio sempat menghubungi Ve melalui akun facebook. Akan tetapi, tak ada respon apapun dari Ve. Bahkan tak ada aktivitas apapun dari akun facebook milik Ve.
            “Mungkin Ve sangat sibuk,” gumam Rio lemas. Ia sungguh berharap Ve membalas pesannya. Ia merasa begitu kehilangan Ve, sosok yang selama ini mengisi hari-harinya, membuatnya lebih berwarna dan jauh lebih bermakna.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi: Arunika

Puisi: Petrikor

Sejarah: Tentang Keluarga dan DI/TII